Sebelum membaca tulisan saya harap tenang. Sekali lagi hal yang ingin saya utarakan disini ialah bahwa apa yang ada adalah bagian dari opini dan pengamatan saya pribadi. Hal yang sampai saat ini belum saya pahami adalah mengapa kita sering membahas ini berulang kali, lagi dan lagi
Pembahasan ini selalu muncul setiap kali menjelang 25, bukan usia 25 yang saya maksud melainkan tanggal 25 desember, perayaan natal bagi agama kristen.
Setiap menjelang tanggal ini pasti akan mulai banyak postingan di media sosial terkait toleransi kemudian dilanjutkan dengan pambahsan boleh tidaknya mengucapkan selamat hari raya natal. Ini adalah pembahasan yang setiap tahun menurut saya sering kili kita ulang dan uniknya pembahasan ini mengenai perayaan bagi agama lain, mengapa kita harus ramai mengungkapkan tidak boleh mengucapkan selamat nata atau boleh mengucapkan, atau itu bentuk toleransi dll.
Balik lagi ini pendapat saya seperti yang sudah kita sama-sama ketahui ada beberapa ulama yang memperbolehkan dan tidak membolehkan (bisa kunjungin harakah.id). Nah tinggal bagaimana sikap kita ingin mengambil pendapat yang memperbolehkan atau tidak. Jangan sampailah kemudian hal ini menjadi salah satu ajang saling serang secara halus di sosial media.
Memberikan edukasi dan pembelajaran terkait ucapan dan ulama yang memperbolehkan/tidak saja ya cukup. Mau mengucapkan ya monggo tidak mengucapkan ya bebas.
Kalau jadinya dibalik itu mengklaim toleransi atau tidaknya juga tidak baik, ini menurut saya loh ya.
Bahkan toleransi yang harus diterapkan bukan pada agama lainnya saja, jika sesama muslim saja belum bisa menghargai perbedaan padangan, mari belajar lagi bagaimana makna itu sebenarnya.
Selamat berlibur
Bekasi, 26 Desember 2020
Komentar
Posting Komentar