Langsung ke konten utama

Cerpen : Berpindah Jalur

Pindah jalur, pertemuan dua insan yang diharapkan dapat menjadi satu bagian tapi siapa sangka salah satu pemerannya malah lebih dulu berpindah jalur bukan berpindah tujuan berganti dengan kereta yang beda, kereta cepat yang sebelumnya pernah direncanakan.

 Sore itu, ada kabar mengejutkan yang tak terduka tapi juga membuat semua menjadi jelas dalam rencana kedepan. Sore itu sebuah pesan singkat masuk ke hp "Na, mohon maaf memberikan kabar ini ……" selanjutnya kabar mengejutkan itu membuat membisu dan bingung. Diam. hanya itu yang bisa perempuan ini lakukan saat membaca pesan singkat yg masuk ke ponselnya.

Berita menggembirakan sekaligus menyedihkan itu membuat seluruh perencanaannya menjadi jelas, bahwa orang itu bukan orang yang akan menjadi partnernya. Sanna, begitu perempuan ini akrab dipanggil memberikan reaksi berlebihan, ia sibuk memikirkan langkah selanjutnya tentang kabar yg barusan diterima, ia tertawa getir menertawakan jawaban dari segala keraguan, sepintas ia memikirkan bahwa Tuhan sedang membencinya, tapi itu langsung ia tepis dan yakini lagi bahwa Allah sedang menjauhkannya dari hal yang tidak baik untuknya. Allah Maha Pengasih dan Penyayang.

"Na, Allah itu Maha Baik dan Maha kuasa atas segalanya" ucapnya dalam hati sambil mengelus dada. 

Orang yang tanpa kabar itu melakukan sesuatu yg mengejutkan, pindah haluan disaat kereta yg coba diyakini perlu melangkah lebih lambat dari rencanyanya, perempuan yang terpikir bahwa tujuannya sama ternyata masing-masing melaju dengan kereta yang beda.

Isi kepalanya sibuk selama satu minggu memikirkan rencana terbaik untuk membalas dendam, memutuskan memaafkan tidak pernah ada dalam rencana, sibuk takut memikirkan kenapa dan bagaimana. Membalas dengan pukulan yg paling mematikan, membunuhnya tepat di dada. Bahkan saat itu ia tidak ingin menangis untuk orang seperti itu. 

"Satu minggu, beri aku waktu satu minggu untuk bisa berdamai" kata Sanna meyakinkan diri pada seorang teman yg prihatin melihat kondisinya.

"Kamu perlu mengeluarkan dulu, nangis atau maki2 orangnya, perlu dikeluarkan dahulu, bukan untuk dia tapi untuk kamu atau mau aku antar ke kantornya" kata temannya menegaskan dan memberitahukan bahwa Sanna sedang tidak baik-baik saja. 

Hari kelima Sanna menangis mencoba berfikir kenapa orang itu melakukan ini dengan tega, tanpa penjelasan atau bahkan kalimat perpisahan. Ada ketakutan dan perasaan bagaimana jika ini dan itu, tapi dari situ akhirnya ia bisa memikirkan langkah berikutnya. 

Akhirnya, ia tau apa yang harus dilakukan selanjutnya yakni memutuskan untuk memaafkan. Memaafkan menjadi jalan yang dia pilih setelah sebelumnya memikirkan rencana paling elegant untuk membalas dendam. Rencana bodoh yang ada di kepala. 

Dia memutuskan untuk memaafkan memberikan maaf karena menurutnya mereka berdua sama sama umat Rasulullah, perempuan ini berfikir sudah banyak dosa yg ia miliki terlalu banyak dosa apalagi jika masih harus ditambahkan dengan dendam. Memaafkan menjadi pilihan, mungkin kita memang tidak bisa dalam menjalani takdir sebagai pasangan tapi bukankah kita masih bisa menjalani hidup sebagai seorang teman. 

Memutuskan memaafkan ternyata adalah keputusan terbaik. Perempuan ini tidak pernah menyesal saat memilih untuk memaafkan orang yang tiba-tiba berpindah jalur tanpa pamit, memilih orang lain dibelakangnya, walaupun prosesnya drama.  

"Bagaimana kabar Abah dan Ibu ? bagaimana operasi abah ? aku cuma mau bilang bahwa aku sudah tau kamu dengan perempuan lain tak perlu menanyakan kepada orang lain bagaimana aku bisa tau dan hal lainnya, tak perlu meminta maaf yang terlalu aku hanya perlu mendengar penjelasan mari bicara dan bertemu agar kemudian hari ini tidak menjadi beban dan canggung ketika ada urusan lainnya. Titip salam buat Abah dan Ibu" 

Pesan teks itu dikirimkan setelah sebelumnya ia mengirim gambar perempuan dengan bendera palestina lengkap dengan namanya. Selesai mengirim pesan Sanna menarik nafas panjang, ia sadar bahwa proses didepan masih panjang yang harus dilewati. 

"Ya Allah, aku tau ini sulit tapi tolong bantu aku agar bisa melewati ini" katanya dengan lirih. Tak lama kemudian sebuah pesan masuk. Perlu waktu bagi perempuan itu untuk membuka hp nya, tangannya lemas karena khawatir tak bisa menerima kenyataan.  

"Abah sama ibu alhamdulillah sudah lebih baik, operasinya lancar sementara ibu sekarang dirawat di rumah makanya kakak masih sibuk bolak balik untuk melihat kondisi ibu. Dek, kakak mohon maaf sama kamu karena menghilang beberapa waktu ini, sekarang kakak lagi Umroh nanti kita bertemu setelah kakak pulang ya. Dek, kakak selalu mendoakan kamu setiap tahajjud kakak. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kamu. Dek, sekali lagi kakak minta maaf ya sama kamu. 

Aku diam tak bergeming tanganku lemas saat itu betapa aku berfikir bahwa laki-laki ini tak merasa bersalah. Baru aku sadar bahwa ternyata pemikiran negatif ini berbahaya dan ternyata caraku untuk cepat sembuh ini berbahaya. 

"San, sudah menangis ?" tanya seorang teman, selama 5 hari air mata tak keluar dihadapan manusia. Sehingga ia khawatir dan hari itu aku menunjukan kelemahan. Aku menangis dan sibuk bertanya apa salahku ternyata perjalanan memaafkan tak semudah yang aku pikirkan. 

"San, kamu pernah ga mendoakan sesuatu yang terburuk untuknya ?" tanyanya lagi. 

"Tidak, aku tidak pernah mendoakan yang terburuk untuknya bahka setelah kejadian ini, aku mengirimkan list doa dan berharap yang terbaik bagi ia dan calon pasangannya agar bahagia dunia akhirat" 

Sanna bercerita dengan jujur memang itu yang ia kirimkan dan ia harapkan, tak sampai hatinya mendoakan yang terburuk bagi laki-laki yang sudah bertindak diluar nalar itu. 

"Kenapa sih San? kamu ga benci emang sama dia, gue aja rasanya jijik dan kesel ngeliat lu kayak gini" 

Sanna hanya senyum dan berkata "Kami akan bertemu nanti" 

"Lu mau gue temenin San? eh tapi jangan deh nanti malah gue yang sibuk marah-maraah lagi"

"Aku cuma mau ini cepet selesai, karena mengganjal dan menyampah dipikiran. Aku mau menyelesaikan ini dengan cara baik-baik dan dengan caraku" 

Hujan seperti ikut mendukung suasana sore itu. Perempuan ini sibuk mengatur pernafasan dan bicara pada diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Sampai di lokasi pertemuan sebelum menaiki tangga, dia kembali mengatur pernafasan dan manahan diri agar tidak terlihat gemetar rasanya seperti akan bertemu orang baru. 

"Dek, kaka sama Junaidi ya, gimana?' katanya. Nama itu tak asing buat Sanna, sebab Junaidi adalah saksi semua ocehan yang tidak baik dan menangkan serta mengusahakan agar memaafkan.

Bertemu dengan dua orang laki-laki ini dengan muka ceria cukup menyedot semua energi sosial lebih ekstra. 

"Assalamu'alaikum, Pak Junaidi apa kabar ? sehat ya" 

"Sapa dong, masa cuma gue doang" kata Junaidi sekenanya. 

"Eh, iya apa kabar ? Baik ya" Sapa Sanna yang langsung mengalihkan pandangan sambil memberikan isyarat untuk kepada Pak Junaidi untuk duduk disampingnya. Tapi memang sudah tertebak dia lebih menyuruh Sanna untuk duduk disamping laki-laki yang ia hindari pandangan matanya itu. 

"Sudah pesan? mau makan apa?" tanya laki-laki ini dengan senyum ramahnya seperti biasa.

Tak lama satu gelas teh angat datang. Sengaja Sanna tak pesan makanan sebab ia tau tak ada yang bisa ia cerna dengan baik dalam kondisi ini. 

"Oke, jadi gimana ? tak lama hp Sanna berdering. Alhamdulillah suara deringan hp menyelamatkan ia dari kesunyian diawal walaupun setelah itu dilanjutkan dengan pembahasan pekerjaan dibanding dengan tujuan awal kita bertemu. 

Setelah maghrib, Pak Junaidi memberikan privasi pada kami setelah diminta.

Sanna menarik nafas kemudian ia bertanya "Jadi gimana?" 

"Adek sehat ? Gimana apanya dek ? adek mau dengerin bagian mana?" katanya.

Diawal Sanna tak berani melihat mata laki-laki dihapannya ini. 

"Aku cuma mau denger, kenapa bisa gak bilang sebelumnya? bukannya aku sudah pernah bilang kalau dalam proses ini ternyata rasanya kamu menemukan yang lebih baik dan membuat nyaman bilang saja, jika memang bukan jalannya ya kita selesaikan dengan baik prosesnya" jelas Sanna dengan menahan agar tak naik nada suaranya yang kata kebanyakan orang bernaada intervensi. Karena marah-marah tidak akan membuat maksudnya tersampaikan. Laki-laki ini kemudian menjelaskan semuanya, Sanna menyimak dengan baik. Penjelasan yang diberikan seperti pemikiran sebelumnya. 

"Kalau kamu mau marah, marah aja sekarang keluarin jangan ditahan kaka udah salah" kata laki-laki ini diakhir. Pak Junaidi yang memperhatikan mulai mendekat kembali ke meja. 

"Aku datang kesini dan bertemu itu karena aku sudah siap mendengarkan semua penjelasan, marahnya sudah habis sudah selesai emosi negatifnya juga sudah dikeluarkan sama Pak Junaidi salah satunya" 

"Maafin kaka ya dek" kata laki-laki itu lagi 

"Aku juga sudah memaafkan dan sudah selesai, aku maafkan bukan karena orangnya tapi karena kita sama sama umat Rasulullah dan mungkin ini petunjuk dari Allah kalau ada cara yang salah dalam proses kita. Aku juga ga tau kenapa bisa berfikiran tapi yang aku tau ini karena doa dari banyak orang dari orang tua, guru dan temen dan orang-orang lainnya." 

"Pasti itu doa dari orang orang yang sayang sama kamu, mungkin salah satunya doa Kakak. Kakak selalu doa kalau sama kamu diberikan yang terbaik dengan proses yang baik jika bukan semoga dipisahkan dengan jalan yang baik". 

Sanna tak bisa menahan senyum sinis dari mulutnya betapa kemudian ia melihat sisi lain dari laki-laki ini. 

"Ayo pulang, aku harus ke bandara malam ini" kata Sanna menutup pembicaraan. 

"Lu hebat banget, gue aja belum tentu mampu" kata Pak Junaidi 

"Semoga ini ga salah ya Pak" kata Sanna diakhir dengan senyum dan berpamitan. 

Sebelumnya seorang temen sempat tanya "Na, bagaimana bisa secepat ini?" tanya seorang teman. 

"Ya Allah, semoga ini bukan cara yang salah, izinkan selanjutnya menjalani segala hal dengan baik.

"Aku juga gak tau, Allah yang memberikan pemikiran seperti ini, tentu ada banyak hal yang dilewati seperti aku belum bisa makan ayam karena mual ingat makanan pertemuan terakhir kami, atau tiba-tiba tidak nafsu makan dan lainnya tapi proses itu biar jadi milikku saja, aku sudah lebih baik sekarang sudah lebih bisa menikmati hidup dan aku rasa nikmat Allah lebih banyak jika dibandingkan dengan hal ini toh aku juga sekligus melihat lagi ceklis ku, melihat lagi semuanya sambil meyakinkan diri bahwa yang terbaik tetap pilihan Allah, Aku ingin tenang dan damai" Jelas Sanna

Sanna berharap jalan yang ia ambil tidak salah, ia merasa segala hal yang terjadi selanjutnya dan pada dirinya yang terdampak dengan kejadian ini adalah cukup menjadi urusanya dan tidak perlu lagi dikaitkan dengan laki-laki ini. Diakhir mereka memutuskan untuk bersilaturahmi dengan baik saja, Sanna pun pergi sambil menarik nafas. 

Sanna memutuskan memafkan setelah ia mengadu kepada TuhanNya dengan tersedu, mengadu langkah apa yang harus ia jalankan selanjutnya dan ia memutuskan untuk sekali lagi percaya bahwa Allah punya hadiah besar untuknya, bahwa Allah Maha Baik atas semua perencanaan-Nya.  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Adaptasi

Penyesuaian diri terhadap satu lingkungan atau sering disebut dengan adaptasi. Belajar adaptasi sesungguhnya menurut saya adalah salah satu proses pembelajaran seumur hidup karena sering kali kita akan melakukan hal itu dalam banyak situasi misal saja dalam suatu lembaga pendidikan yang terkukung dalam suatu gedung dan sering kita sebut sekolah paling tidak setahun sekali kita akan belajar dengan perubahan baik ruang kelas, guru dan pelajarannya. itu baru satu aspek dalam hidup.  Belajar hanya satu aspek dalam jalan hidup kita sebagai manusia, bayangkan ada berapa proses yang kita lalui, belajar, bekerja, bertetangga sampai berumah tangga ada banyak lainnya yang tentu keadaanya sering kali berubah seiring dengan sejauh mana waktu yang kita lewati.    Maka tidak heran jika banyak dari kita yang suka mendengar manusia bilang kita sedang belajar beradptasi, nyatanya manusia memang makhluk yang paling mampu dalam menyesuaikan diri jika dibandingkan dengan makhluk hidup lainny...

Pembahasan setiap menjelang 25

Sebelum membaca tulisan saya harap tenang. Sekali lagi hal yang ingin saya utarakan disini ialah bahwa apa yang ada adalah bagian dari opini dan pengamatan saya pribadi. Hal yang sampai saat ini belum saya pahami adalah mengapa kita sering membahas ini berulang kali, lagi dan lagi  Pembahasan ini selalu muncul setiap kali menjelang 25, bukan usia 25 yang saya maksud melainkan tanggal 25 desember, perayaan natal bagi agama kristen. Setiap menjelang tanggal ini pasti akan mulai banyak postingan di media sosial terkait toleransi kemudian dilanjutkan dengan pambahsan boleh tidaknya mengucapkan selamat hari raya natal. Ini adalah pembahasan yang setiap tahun menurut saya sering kili kita ulang dan uniknya pembahasan ini mengenai perayaan bagi agama lain, mengapa kita harus ramai mengungkapkan tidak boleh mengucapkan selamat nata atau boleh mengucapkan, atau itu bentuk toleransi dll.  Balik lagi ini pendapat saya seperti yang sudah kita sama-sama ketahui ada beberapa ulama yang memp...