.
Selamat datang di zaman kata Baper ramai digunakan kepajangannya "Bawa Perasaan", maknanya sendiri menurut mbah google berbeda-beda tergantung pemaknaan individu sendiri. Pada masa kini Baper sering kali digunakan kepada hal-hal yg menyinggung perasaan individu. Salah satu penyebabnya bisa jadi karna terlalu membesarkan perkara yg sebenarnya kecil. Efek yg ditimbulkanpun membuat perasaan malas dan suasana hati memburuk, nah kalo sudah gtu maka bisa mempengaruhi produktifitas kita sebagai individu.
Terus, kita gak boleh baper? Boleh, tapi jangan berlebih (menurut saya). Baper-lah secukupnya dan pada tempatnya serta pada hal2 yg diperlukan. Kita tidak bisa memaksa makhluk dgn sebutan manusia ini untuk bersikap sesuai apa yg kita inginkan, sesekali atau mungkin sering akan ada perasaan baper yg hadir karna berbagai hal yg tidak sesuai.
Pesan pertama manajer saya ketika dibidang ini beliau bilang, "zai, kerja di program, jangan gampang baper ya". Dengan selow jawab "oke," dan seiring waktu ternyata pesan pertama itu benar. Jangan baper saat turun dilapangan karna akan ada hal2 tak terduga, jangan baper ketika yg dilakukan gak ada apresiasi atau dianggap biasa aja, jangan baper ketika ada hal2 yg sulit dilakukan, jadi pesan itu mewakili banyak kejadian sebab kalo gampang baper dan akhirnya berkelanjutan merusak mood dan produktifitas, kemudian berhenti pada titik itu. Padahal kebaikan harus diteruskan, wejangan beliau juga saat rapat "jangan berhenti melakukan kebaikan, hanya karna tdk ada yg perduli sebab ketika kita berhenti maka sama saja kita menghentikan kebaikan"
Jadi, Baper lah pada tempat dan secukupnya sebab ada banyak kebaikan yg harus terus dilanjutkan :)
Selamat datang di zaman kata Baper ramai digunakan kepajangannya "Bawa Perasaan", maknanya sendiri menurut mbah google berbeda-beda tergantung pemaknaan individu sendiri. Pada masa kini Baper sering kali digunakan kepada hal-hal yg menyinggung perasaan individu. Salah satu penyebabnya bisa jadi karna terlalu membesarkan perkara yg sebenarnya kecil. Efek yg ditimbulkanpun membuat perasaan malas dan suasana hati memburuk, nah kalo sudah gtu maka bisa mempengaruhi produktifitas kita sebagai individu.
Terus, kita gak boleh baper? Boleh, tapi jangan berlebih (menurut saya). Baper-lah secukupnya dan pada tempatnya serta pada hal2 yg diperlukan. Kita tidak bisa memaksa makhluk dgn sebutan manusia ini untuk bersikap sesuai apa yg kita inginkan, sesekali atau mungkin sering akan ada perasaan baper yg hadir karna berbagai hal yg tidak sesuai.
Pesan pertama manajer saya ketika dibidang ini beliau bilang, "zai, kerja di program, jangan gampang baper ya". Dengan selow jawab "oke," dan seiring waktu ternyata pesan pertama itu benar. Jangan baper saat turun dilapangan karna akan ada hal2 tak terduga, jangan baper ketika yg dilakukan gak ada apresiasi atau dianggap biasa aja, jangan baper ketika ada hal2 yg sulit dilakukan, jadi pesan itu mewakili banyak kejadian sebab kalo gampang baper dan akhirnya berkelanjutan merusak mood dan produktifitas, kemudian berhenti pada titik itu. Padahal kebaikan harus diteruskan, wejangan beliau juga saat rapat "jangan berhenti melakukan kebaikan, hanya karna tdk ada yg perduli sebab ketika kita berhenti maka sama saja kita menghentikan kebaikan"
Jadi, Baper lah pada tempat dan secukupnya sebab ada banyak kebaikan yg harus terus dilanjutkan :)
Komentar
Posting Komentar